Kamis, 01 November 2012

Bahaya Bahan Kimia Dalam Kebutuhan Rumah Tangga


Selama ini tentunya kita banyak memakai kebutuhan rumah tangga atau consumer goods yang mengandung bahan kimia, seperti sabun, shampoo, bahkan kosmetik.  Kita tentunya beranggapan itu sangat bermanfaat dan cenderung tidak berbahaya. Tapi tahukah anda bahwa banyak sekali kebutuhan rumah tangga yang kita anggap aman ternyata mengandung bahaya bagi kesehatan kita? Mari kita telaah lebih lanjut.

1.      1. Bahaya LAS dalam deterjen



Deterjen merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia tambahan lainnya. Deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Pada awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek buruk terhadap lingkungan yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.
Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit karena menurut data yang diperoleh dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Deterjen juga sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

2.      Bahaya Triclosan dalam sabun, pasta gigi, deodoran, dan kosmetik



Para peneliti kini tengah mewaspadai bahaya dari bahan kimia bernama triclosan. Bahan kimia anti bakteri ini banyak dijumpai dalam sabun, deodoran, obat kumur, pasta gigi, bahkan mainan dan kantong sampah. Sebuah penelitian menemukan bahwa senyawa tersebut ternyata dapat merusak fungsi otot.
Para ilmuwan di University of California, Davis dan University of Colorado meneliti sel-sel otot jantung dan otot rangka yang terkena triclosan dalam tabung uji. Setelah diberikan stimulasi listrik untuk membuat otot berkontraksi, ternyata triclosan merusak 2 protein yang penting dalam kontraksi otot. Akibatnya, sel otot rangka dan jantung tidak berfungsi dengan baik.
Tim ini kemudian menguji efek triclosan kepada 2 hewan hidup. Pertama adalah seekor tikus yang dibius dengan bahan kimia tersebut. Hasilnya ternyata tikus mengalami penurunan fungsi jantung sebanyak 25 persen dalam waktu 20 menit.
Untuk meniru efek triclosan dalam lingkungan laut, para peneliti juga memberikan bahan kimia tersebut kepada ikan kecil di dalam air selama 7 hari. Hasilnya, ikan yang terkena triclosan kemampuan berenangnya berkurang secara signifikan dibandingkan ikan tanpa triclosan. Hasil temuan ini dilaporkan dalam Proceeding National Academy of Sciences.
"Kami telah menemukan bahwa triclosan berpotensi merusak fungsi otot dengan cara mengganggu sinyal 2 protein yang penting secara fundamental. Nampaknya instansi pemerintah harus mempertimbangkan kembali apakah bahan ini diperbolehkan dalam produk konsumen," kata peneliti Isaac Pessah seperti dilansir Live Science, Selasa (14/8/2012).
Meskipun demikian, para peneliti juga menggarisbawahi pentingnya pengujian lebih lanjut untuk memahami efek kimianya pada manusia. Di luar potensinya yang berbahaya, efektivitas sabun yang mengandung triclosan juga masih diperdebatkan.
Sementara regulator makanan dan obat Amerika, FDA, menyebut kadar triklosan dalam produk kosmetik tetap aman. Alasannya, karena dosis yang disuntikkan pada tikus untuk uji coba lebih tinggi dari yang terpapar pada manusia.

3.  Bahaya Phtalate dan Paraben pada Kosmetik



Sebuah penelitian yang dilakukan Enviromental Working Group (EWG) terhadap sampel darah dan urine pada 20 remaja putri usia 14-19 tahun menunjukkan adanya kandungan bahan berbahaya. Sebagian merupakan pemicu kanker, sebagian lagi bisa mempengaruhi keseimbangan hormonal. Para peneliti mengidentifikasi tak kurang dari 16 jenis senyawa berbahaya yang diyakini berasal dari kosmetik baik berupa bedak, parfum dan sebagainya. Ke-16 bahan berbahaya itu lantas dikelompokkan ke dalam 4 golongan.
Berikut ini adalah 2 golongan bahan berbahaya yang dimaksud :
·  Phthalate
Bahan ini dugunakan juga dalam pembuatan plastik untuk memberi sifat elastis atau lentur. Dampaknya bagi kesehatan jika terhirup atau tertelan dalam kadar tertentu adalah memicu gangguan sistem reproduksi, asma dan alergi. Dalam kosmetik, phthalate digunakan sebagai pelarut tambahan dalam berbagai produk wewangian.
· Paraben
Senyawa yang memiliki nama lain parahydroxybenzoic dan digunakan juga sebagai pengawet dalam mie instant ini punya efek samping jika digunakan melebihi ambang batas keamanan. Karena sifatnya mirip dengan hormon esterogen, di dalam tubuh akan memicu ketidakseimbangan yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Dalam kosmetik, paraben sering digunakan sebagai campuran sabun, sampo, pasta gigi dan deodoran. Meski jarang, kontak langsung dengan kulit juga bisa menyebabkan alergi pada orang yang sensitif.

4.      Bahaya bahan Kimia pada Perabot Rumah Tangga


The European Environment Agency (EEA) memperingatkan kandungan bahan kimia dalam perabot rumah tangga  bisa menyebabkan peningkatan risiko kanker, diabetes, obesitas dan menurunnya fertilitas.
Bahan kimia dalam produk perabot yang Anda gunakan sehari-hari bisa jadi kandungannya mengganggu endokrin sehingga mempengaruhi sistem hormon.
Jacqueline McGlade, Direktur Eksekutif EEA mengatakan”Penelitian yang dilakukan dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa gangguan endokrin merupakan suatu masalah nyata yang berdampak serius bagi kehidupan.” Bahan kimia tersebut larut ke dalam makanan, diserap oleh tubuh, lalu menyebabkan  masalah perkembangan saraf.
Akhir-akhir ini, terjadi pertumbuhan penyakit yang cukup signifikan seperti kanker payudara, kanker prostat, penurunan kesuburan dan diabetes. Pertumbuhan penyakit ini terkait dengan meningkatnya campuran bahan kimia dalam produk yang digunakan masyarakat secara luas.
Perabot rumah berbahan kimia terkait dengan munculnya penyakit. Bahan kimia itu akan berdampak buruk bagi tiroid menimbulkan masalah kekebalan tubuh, reproduksi, sistem saraf, dll.

Dari penjelasan bahaya-bahaya bahan kimia dalam rumah tangga diatas kita diingatkan untuk lebih berhati-hati. Memang mustahil rasanya jika kita berusaha untuk tidak menggunakan bahan-bahan diatas karena pada dasarnya bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk kita. Salah satu usaha kita untuk mengurangi dampak buruk yang disebabkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam kebutuhan rumah tangga ini adalah dengan memakainya secara wajar, artinya tidak berlebihan. Misalnya dengan lebih menerapkan jiwa bersih agar kita tidak terlalu sering mencuci pakaian. Tentunya langkah kecil kita dapat berpengaruh untuk masa depan kita dan lingkungan kita bukan? Jadi, mengapa tidak?
            -Alfia, dari berbagai sumber-

1 komentar: